Ini
terobosan membenihkan gurami agar survival rate-nya lebih dari 95%.
Angkat telur dari kolam dan tetaskan di akuarium dengan air mengalir. Karena perawatannya terjamin, pada umur 4 bulan tumbuh lebih cepat 1-2 cm daripada biasa.
Salah
satu kelemahan cara tradisional, survival rate benih cuma 50%. Itu
antara lain disebabkan larva yang keluar dari kolam penetasan (kowen)
menyebar ke penjuru kolam. Akibatnya pemberian pakan tak efektip. Belum
lagi predator seperti belum dan mujair yang terus memburu anak gurami.
Wajar
jika yang mampu bertahan hidup hanya separuh dari total populasi.
Anak-anak gurami itu berasal dari telur yang dihasilkan dari perkawinan
sepasang induk didalam kolam. Ini dilakukan karena sampai kini pemijahan
gurami belum bisa dilakukan dengan kawin suntik (induce breeding).
Biasanya peternak memilih varietas Jepang, Soang dan Musafir. “Musafir paling banyak telurnya,” tutur Julius Tirtasanjaya.
Menandai
induk yang baik, diantaranya luwes hingga melengkung 180 derajat kala
dipegang. Usia produktip induk 4-5 tahun. Gurami tergolong poligami,
perbandingan jantan dengan betina idealnya 1:5.
SARANG BULAT
Agar
telurnya bagus pakan utama induk gurami tetap daun sente. Sekali
seminggu ia boleh diberi extra fooding pelet ikan. Dosis pakan buatan
ini tidak boleh terlalu banyak karena bisa menimbun lemak. “Ikan yang
terlalu gemuk, telurnya sedikit,” tutur ayah 1 anak yang suka berburu.
Telur
terbalut lemak daya tetasnya juga rendah. Gurami salah satu ikan unik,
ia bertelur dan menetaskannya dalam sarang berbentuk bulat.
Peternak
cukup menyediakan ijuk di kolam induk sebagai bahan sarang. Pada sore
hari, aktifitas pembuatan sarang bisa dipantau. Gurami jantan sibuk
mengangkut ijuk dan membentuknya jadi sarang. Hari ketiga sampai empat,
pasangan gurami siap kawin.
Sebelum mengambil telur dari sarang, wadah dan mendia penetasan dipersiapkan dahulu.
Buatlah
akuarium 80 cm x 40 cm x 40 cm, dengan ketebalan kaca 5 mm. Konstruksi
bagian dalam akuarium dilengkapi sebuah pipa pelimpah ¾ inci. Sehingga,
setelah 48 jam telur menetas sistem pemeliharaan larva langsung dengan
air mengalir di tempat yang sama.
Instalasi akuarium juga dilengkapi kran pemasukan air yang mudah dibuka tutup.
MENETAS DI AQUARIUM
Setelah
kawin, gurami menutup sarang yang tadinya setengah terbuka menjadi
bulatan utuh. Biasanya induk betina tetap berada di sekitar sarang
menjaga telurnya. Untuk memastikan keberadaan telur dalam sarang,
tusukkan sebatang lidi ke tengah sarang. Kegiatan ini dilakukan pagi
hari. Bila permukaan air tampak berminyak, tandanya sarang sudah berisi
telur. Angkatlah sarang sebola basket itu dengan hati-hati lalu masukkan
dalam ember berisi air bersih. Buka sarang ijuk dengan hati-hati dan
ambil telurnya yang berdiameter lebih 2 mm berwarna kuning.
Telur
yang baik bening dan mengapung di permukaan air. “Satu sarang berisi
kurang lebih 3000-4000 butir telur,” kata Julius. Kumpulkan telur yang
mengapung dengan menggunakan serok atau saringan teh. Bilas sampai
bersih dengan cara menyemprotkan air. Segera masukkan telur yang telah
bebas lemak dan kotoran itu ke dalam akuarium yang telah diisi air ¾
bagian. Bubuhkan beberapa tetes anti bakteri methylene blue.
Agar
suhu air hangat, pasang sebuah heater dan setel pada suhu 27-28
Celcius. Aerator dioperasikan selama penetasan untuk mencegah telur
menempel satu sama lain. Setelah 36-48 jam larva mulai keluar dari
telur.
Tandanya
terjadi perubahan bentuk dari bulat menjadi bulat berekor. Walaupun
tampak lemah, sesekali larva tampak bergerak-gerak. Telur yang tidak
menetas berubah dari kuning bening menjadi keruh.
Buanglah telur yang tidak menetas dan sisa cangkang dengan menyiphonnya menggunakan selang kecil.
PAKAN LARVA
Selama
48 jam larva menghidupi dirinya sendiri dengan cadangan makanan yang
tersedia dalam kantung telur (yolk sack). Jika kantung telur sudah
tampak mengempis, berikan kutu air atau artemia secukupnya. Jangan
sampai terlambat, larva yang terlanjur kelaparan kondisinya lemah.
Setelah
2 hari makan kutu air sediakan cacing rambut dalam wadah pakan. Secara
alami anak gurami akan memakan cacing yang keluar dari lubang wadah
pakan. “Setelah beberapa hari makan cacing, biasanya pertumbuhan gurami
sangat pesat,” kata Julius.
Tiga
puluh hari pemeliharaan anak gurami sudah berukuran 1cm (sekuku). Anak
ikan seukuran itu disebut bayong (biji-oyong red). Kelulusan hidup
sampai tahap itu mencapai lebih dari 95%. Benih seukuran itu sudah bisa
dijual, harga di Parung Rp. 300-Rp. 400/ekor.
Jika
diinginkan benih berukuran besar, budidaya di akuarium bisa dilanjutkan
lagi. Jarangkan populasi dengan memindahkan burayak itu kedalam
akuarium berisi 1.000 ekor ikan. Pakan tetap berupa cacing rambut.
Sistem pemeliharaannya juga dengan air mengalir. Setelah 2 bulan
pemeliharaan ukurannya 2-3 cm atau sebesar daun kelor. Benih ukuran itu
harganya Rp.500-Rp. 600/ekor.
KOMENTAR MIMBAR SEPUTRO
Ketika
telur baru menetas (0-12) hari, saya tidak pernah menaruhnya ditempat
air mengalir. Telur yang mengapung akan terbawa aliran, dan dikuatirkan
pecah. Mungkin yang dimaksud adalah akuarium yang alirannya diam,
sesekali (dua kali sehari) air diganti secara perlahan. Aerator dan
heater boleh dipasang (juga boleh tidak). Selama berusia sampai 12 hari,
ikan tidak perlu diberi pakan sebab memang belum bisa makan. Setelah
kantung telurnya kempes, barulah ikan diberi pakan berupa kutu air
(moina) yang mudah dibudidaya di kolam atau artemia (mahal ini)- kutu
air import.
Sumber: www.omkicau.com
0 coment:
Posting Komentar