Menceritakan harapan tentang PLN,
artinya saya harus kembali ke ingatan saya di masa lalu. Sebuah dusun
tempat saya tumbuh dari kecil, tanpa adanya aliran listrik. Saat itu
tahun 90-an, dusun kami belum teraliri jaringan PLN.
Dulunya ada salah seorang warga yang menyewakan dieselnya untuk
pembangkit listrik, saat itulah saya mengenal lampu neon untuk menerangi
rumah. Rumah menjadi terang, belajar pun bagi saya siswa SD saat itu
terasa menyenangkan. Hingga akhirnya warga tersebut pindah rumah dan
kembali lagi rumah kami tidak teraliri listrik.
Solusi dari bapak saya saat itu adalah dengan menggunakan lampu petromak. Lampu berbahan bakar minyak tanah ini adalah pahlawan saya untuk melawan rasa kantuk kalau belajar di kala malam. Saya sendiri tidak tahan terjaga kalau harus menggunakan lampu tempel karena nyalanya redup. Alhamdulillah dengan lampu petromak itu saya bisa belajar dengan baik. Bahkan karena seringnya bapak saya menyalakan lampu ini, saya bisa secara otodidak untuk menyalakan lampu itu sendiri saat bapak tidak di rumah :d . Bahkan saat mengikuti perkemahan waktu SMA dan Kuliah, hanya saya yang menguasai cara menyalakan lampu ini hahaha..
Lampu petromak memang bisa menerangi rumah kami,
tapi tidak saat keluar rumah. Saat harus keluar rumah misalnya untuk
mengaji di musholla hanya berbekal lampu senter. Saya harus berlari
kalau melewati kebun orang karena sangat gelap, takut kalau diganggu
hantu :d
Masa-masa itu jadi kenangan indah untuk saya. Hingga suatu sore ada beberapa truk membawa tiang beton untuk PLN
di depan rumah. Saat itu saya sudah membayangkan dusun saya akan terang
dan tidak akan ada lagi rasa takut keluar rumah karena gelap
Akhirnya sejak 1995, dusun kami sudah teraliri listrik dari PLN.
Belajar jadi mudah, keluar rumah juga tidak takut, mau nonton televisi
juga bisa kapan saja tanpa harus menunggu aki disetrum :d .
Hingga pada tahun 1998, kami sekeluarga harus
pindah rumah. Sebelumnya kami sekeluarga tinggal di rumah dinas guru
yang kecil dan Alhamdulillah bapak saya bisa membangun rumah meski harus
utang sana sini. Saat itu saya baru kelas 1 SMA, sedikit tahu kalau
saat itu dari mendengar pembicaraan bapak dan ibu kalau mengurus
penyambungan listrik baru sangat sulit. Harus daftar sana sini dan
terkadang harus membayar di luar ketentuan. Meskipun saat itu yang
namanya ketentuan itu juga tidak kami ketahui. Yang pasti saat itu
antara satu tetangga dengan tetangga yang lain bisa beda jumlah yang
harus dibayar, tergantung orang PLN-nya.
Akhirnya bapak saya juga mau tak mau harus berkompromi juga, karena
memang dasarnya butuh dan tidak ada alternatif lainnya kecuali
menyetujui permintaan di luar ketentuan tadi.
Saat itu bersamaan dengan unjuk rasa besar-besaran
di era Reformasi yang mengangkat isu penghapusan KKN (Korupsi Kolusi dan
Nepotisme) yang sudah mengakar sangat kuat di semua birokrasi bahkan di
diri kita saat ini. Besar harapan saya saat itu korupsi kecil atau
besar dan berjamaah bisa hilang dari muka bumi Indonesia di segala
bidang.
Terutama PLN
yang menyangkut hajat hidup orang banyak mulai dari rumah tangga,
tempat ibadah, sekolah, perkantoran, industri, pabrik dan banyak lagi.
Belum lagi karena sektor energi ini dimonopoli oleh PLN yang seakan membuat orang PLN merasa berkuasa agar para pelanggan yang mengikuti kemauan mereka dan bukan sebaliknya.
Hingga beberapa tahun setelah reformasi, saya masih ingat reformasi di PLN masih dianggap tidak mungkin oleh masyarakat. Ada anggapan miring,”Kerja di PLN itu bisa kaya, soalnya banyak uang sampingannya” terlihat sekali anggapan masyarakat kalau PLN
itu perusahaan korup. Kemudian pemadaman bergilir yang menjadi momok
bagi semua pihak baik pelajar, ibu rumah tangga ataupun pelaku bisnis.
Belum lagi keluh kesah kenalan atau saudara yang
kesulitan untuk melakukan pasang baru. Bahkan yang punya uang saja
kesulitan untuk mendapat sambungan karena keterbatasan daya yang
dimiliki PLN saat itu. Entah masalah apalagi yang tidak terurai di dalam PLN saat itu hingga pelanggan masih dinomer duakan.
Bahkan untuk urusan listrik, kami sekeluarga harus
mengambil lagi lampu petromak yang sebelumnya sudah masuk gudang karena
listrik PLN sering
kali byar pet akibat pemadaman bergilir. Sehingga kami sering mengadakan
perayaan ulang tahun karena sebulan sekali biasanya kami menyalakan
lilin juga di rumah :d
Kemudian harapan itu mulai muncul saat Direktur PLN dipercayakan kepada Bapak Dahlan Iskan yang saya yakin pembawa hawa baru bagi internal PLN. Dengan gaya kepemimpinannya yang seketika itu juga, reformasi di PLN
berjalan dengan cepat. Saya sampai kagum apalagi urusan byar pet sudah
sangat jarang, untuk pengurusan sambung baru dan tambah daya juga cepat.
Itulah yang membuat pandangan saya kepada PLN dari sebelumnya ibarat lampu minyak tanah yang redup dan kusam menjadi lampu neon yang terang dan bersih.
Tentunya momen bagus seperti ini harus bisa dipertahankan oleh PLN terutama setelah dibawah pimpinan Bapak Nur Pamudji, jangan sampai hawa bagus ini terkikis saat pergantian kepemimpinan atau perubahan peta politik di negara kita. PLN harus bisa mandiri sebagai perusahaan pelayan rakyat yang mampu memposisikan pelanggan sebagai raja bukan sebaliknya.
Budaya korupsi adalah musuh bagi kita semua dan
kita harus lawan bersama mulai dari diri kita. Berubah memang berat,
tapi tidak ada kata berat untuk berubah untuk kebaikan. Baik itu
kebaikan untuk kita sebagai pelanggan maupun untuk kebaikan PLN.
Untuk itu ada banyak harapan yang saya gantungkan untuk PLN demi mewujudkan PLN sebagai BUMN yang bersih dan pelayan masyarakat dengan kemampuan terbaik.
Rekruitmen
Dimulai dari proses rekruitmen, tidak bisa dipungkiri SDM yang dimiliki PLN
adalah urat nadi dari penyelenggara energi listrik di negeri ini. Input
yang bagus akan menghasilkan output yang bagus. Dari proses rekruitasi
sendiri harus dimulai dengan sistem yang transparan dan seleksi yang
ketat
Sistem rekruitasi yang transparan akan memberikan kepuasan bagi calon pelamar yang ingin masuk PLN.
Tidak ada lagi pintu masuk bagi orang uang ingin memasukkan anak,
saudara atau kenalannya lewat jalur belakang. Kandidat terbaik tetap
yang harus lolos seleksi.
Penyeleksian SDM yang akan masuk PLN
juga bisa menggunakan bantuan dari Universitas atau Lembaga kompeten
lainnya yang independen. Sehingga mereka yang membuat soalnya,
menyelenggarakan dan menentukan yang lolos. Dengan demikian rasa percaya
masyarakat terhadap proses seleksi masuk bisa dibangun. Sehingga
SDM-SDM yang bermutu tidak takut berkompetisi, hanya karena takut tidak
punya uang pelicin.
Keteladanan
SDM yang sudah bagus saat masuk, sudah seharusnya
diberikan keteladanan dari seorang pemimpin yang bisa dianut. Jangan
sampai para bawahan mendapatkan teladan buruk dari pemimpin yang korup.
Tak jarang seorang bawahan menjadi korup karena “dipaksa” oleh sistem
yang diciptakan oleh atasannya untuk korup. Ini tentu bukan hal bagus
karena budaya korupsi akan tetap mengakar dan sulit dihindari.
Menghilangkan budaya korupsi di PLN
tentunya harus dimulai dari pimpinannya. Jika pimpinannya takut untuk
korupsi, maka bawahannya juga akan takut. Keteladanan akan memberikan
rasa nyaman dan aman, berjalan sesuai SOP (Standart Operating Procedure)
dan bebas khawatir.
Kaderisasi
Sistem yang sudah bagus dan bebas KKN hanya akan
langgeng jika pergantian kepemimpinan memiliki semangat yang sama.
Semangat untuk terus memperbaiki pelayanan, kinerja dan memelihara
semangat Good Corporate bersama-sama. Tanpa adanya penerus pemimpin yang
memiliki visi dan misi yang sama untuk PLN yang lebih baik, maka akan sia sia usaha perbaikan yang sudah dirintis.
Menyiapkan SDM internal PLN terbaik untuk menempati posisi strategis akan sangat membantu dan mempercepat akselerasi perbaikan pelayanan PLN
bagi masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan beban kerja
yang seimbang, sesuai jenjang karir dan insentif yang sesuai. Dengan
demikian suasana kerja akan kondusif, sehingga seluruh SDM PLN
siap bisa berkonsentrasi untuk memperbaiki kerja dengan berkelanjutan.
Sehingga di posisi manapun selalu ada SDM yang siap menerima beban kerja
sebagai pimpinan baru dengan baik.
Konsistensi
Sudah sering pergantian pucuk pimpinan di BUMN juga
membawa banyak perubahan baik di internal maupun hingga di bagian
paling bawah yaitu pelayanan. Jika perubahan itu menuju perbaikan tentu
harus didukung, tapi jika menuju pelayanan yang lebih buruk tentunya
harus dilawan. Dilawan dengan aturan dan standarisasi di PLN, standarisasi yang sudah baku, teruji dan mendapat respon yang bagus di masyarakat.
Dengan adanya bukti respon yang bagus di masyarakat, jika ada perubahan kebijakan yang merugikan maka internal PLN yang sudah berpengalaman sebelumnya bisa memberikan argumentasi dengan bukti kuat. Dengan demikian siapapun pimpinan PLN nantinya juga akan tahu hasil kerja pelayanan yang optimal seperti apa sebagai pertimbangan.
Pelayanan yang bagus harus dipertahankan, bahkan harus ditingkatkan. Dengan demikian masyarakat sebagai pengguna jasa PLN akan menikmati pelayanan yang sama bahkan meningkat, meskipun pimpinan PLN berganti-ganti.
Reward and Punishment
Adanya mekanisme reward and punishment akan membangun situasi kerja yang kondusif. Di satu sisi, para SDM PLN akan diberikan ruang untuk memberikan masukan, ide dan inovasi terbaik mereka untuk perbaikan pelayanan PLN. Dengan ini pula para pimpinan PLN juga akan tahu mana SDM PLN yang berkompeten, bervisi ke depan serta memiliki ide-ide brilian untuk kemajuan PLN.
Tidak ada lagi rasa takut untuk menyampaikan ide bagus baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada pengambil keputusan. Hal ini akan
membantu potensi SDM PLN untuk berkembang dan meningkat baik dari skill maupun jabatan.
Begitu pula sebaliknya jika ada SDM PLN
yang buruk secara kinerja juga harus mendapatkan hukuman. Suasana kerja
tidak akan bisa kondusif jika memiliki rekan kerja yang kinerjanya
buruk. Jika mengganggu kinerja tim, tentunya perlu dievaluasi.
Sehingga perlu ada penilaian antar sesama rekan
kerja ataupun bahkan dengan pimpinan dan bawahannya secara tertutup.
Kenapa tertutup? Agar penilaiannya obyektif, baik atau buruk akan
disampaikan dan akan dijadikan bahan evaluasi secara menyeluruh. Jika
buruk sudah seharusnya mendapatkan hukuman atau peringatan agar tidak
berimbas pada pelayanan. Dan jika penilaiannya bagus juga layak untuk
mendapatkan promosi jabatan misalnya.
Pelayanan
Sebagai perusahaan jasa, pelayanan merupakan inti dari segalanya. PLN
harus benar-benar menganggap pelanggan sebagai raja. Meskipun memiliki
kemampuan monopoli di sektor energi listrik, tentunya tidak boleh
membuat PLN
sembarangan memperlakukan pelanggan apalagi memberikan pelayanan
asal-asalan dengan dalih,”Mau tidak mau, ya adanya seperti ini”.
Mulai dari proses sambung baru, pembayaran tagihan
ataupun tambah daya sudah seharusnya diprioritaskan mendapat pelayanan
nomer satu. Karena pada dasarnya pelanggan membawa uang, sungguh ironis
kalau pelanggan mau membayar saja dipersulit seolah PLN tidak mau uang :d
PLN
pun sudah menangkap hal tersebut dan diberikan solusi melalui pasang
baru secara online dengan biaya yang jelas. Hal ini akan mencegah
terjadi transaksi di luar ketentuan di lapangan, karena calon pelanggan
sudah mengetahui berapa yang harus dibayar. Jika ada yang janggal, bisa
lapor ke PLN langsung.
Kemudian layanan pembayaran tagihan listrik yang
sudah tersebar dimana-mana mudah ditemukan. Meskipun ada biaya
administrasi, bagi saya sendiri manfaatnya lebih banyak karena saya
tidak perlu bayar parkir, tidak perlu keluar bensin, tidak perlu antri,
tidak perlu kepanasan. Sungguh kemudahan pembayaran tagihan PLN secara online dan real time ini sangat membantu sekali.
Demikian juga dengan produknya PLN yaitu listrik, tentunya harus tetap terjaga dengan baik. Listrik juga tidak boleh padam dan komitmen PLN untuk tidak memadamkan listrik kecuali ada perbaikan patut diacungi jempol. Artinya PLN sudah mampu melayani seluruh pelanggannya dengan baik. Pelanggan tentunya tidak mau tahu alasan jika ada pemadaman, itu urusan PLN. Bagi pelanggan yang penting nyala, itu yang dibutuhkan pelanggan termasuk saya :d
Standarisasi pemadaman juga harus diatur mulai dari
waktu maksimal pemadaman, kode atau pemberitahuan ke pelanggan, hingga
kecepatan untuk menanggapi keluhan juga diperlukan agar masing-masing
pihak baik PLN maupun pelanggan memegang komitmen pelayanan yang sama.
Jika semua pelayanan PLN sudah terlaksana dan tertata dengan rapi, maka Motto PLN “Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik”
bisa terwujud dengan baik. Sesuai dengan harapan masyarakat akan
hadirnya listrik yang bisa memperbaiki kualitas hidup dan ekonominya.
Tidak terbayang betapa susahnya kita kalau listrik mati lebih dari 3
jam, rasanya ada yang hilang dari hidup
Inovasi
Terobosan harus selalu dilakukan oleh PLN
di semua bidang, dengan adanya inovasi tentunya akan memberikan
perbaikan bagi pelayanan yang lebih baik. Inovasi seperti pembayaran
listrik prabayar adalah salah satu inovasi yang brilian. Di sisi PLN,
hal tersebut akan efisien karena tidak perlu mendatangi pelanggan dari
rumah ke rumah untuk mencatat meteran. Tidak perlu meloncati pagar
seperti maling atau digigit anjing penjaga rumah
Bagi pelanggan juga dimudahkan karena bisa mengatur
pengeluaran dan pemakaian listrik di rumah. Kalaupun rumah tidak
ditempati lama, juga tidak perlu takut diputus karena tidak membayar
abonemen bulanan. Pelanggan juga bisa membeli pulsa untuk mengisi
meteran prabayarnya di konter pulsa terdekat.
Saya sendiri masih bingung bagaimana caranya meteran tadi agar bisa mencocokkan nomer yang dimasukkan valid atau tidak :d
Pengadaan Barang
Selain berhubungan dengan pelanggan yang terkait
pelayanan, yang tidak kalah pentingnya adalah pengadaan barang seperti
suku cadang untuk perbaikan peralatan PLN. Setidaknya PLN
harus bisa memilih barang yang mutunya bagus tapi murah, memangkas
rantai distribusi dan mempersingkat waktu pengadaan tanpa harus
melanggar aturan.
Memilih suku cadang yang bagus terkadang susah gampang, karena bisa jadi ada banyak pilihan. Di PLN
sendiri suku cadang ada yang asli dan suku cadang yang tidak asli.
Maksudnya suku cadangnya ada yang dibuat oleh pabriknya mesinnya
sendiri, juga ada yang suku cadangnya hasil produksi dari pabrik lain.
Jika kualitasnya sama dengan harga lebih murah, tentu PLN
bisa mengambil suku cadang yang tidak asli. Resikonya memang mungkin
umur suku cadangnya bisa lebih cepat, tapi SDM di internal PLN pasti bisa mengatasinya dengan perawatan berkala dan perbaikan.
Yang membuat harga barang menjadi naik biasanya
terjadi karena rantai distribusi yang panjang. Mulai dari produsen,
supplier, distributor hingga sampai PLN
yang sudah pasti setiap berhenti di satu titik distribusi akan terjadi
kenaikan harga. Belum kalau ada orang perorangan yang minta komisi. Jika
bisa membeli langsung ke produsennya, kenapa harus lewat perantara.
Ribet-ribet sedikit tapi bisa menghemat.
Selain itu dengan memutus rantai distribusi akan
mempercepat waktu pengadaan. Suku cadang lebih cepat tersedia, segera
diaplikasikan dan segera dipakai. Tentunya semua pihak sama-sama senang,
baik PLN maupun produsen barangnya karena semuanya menjadi lebih cepat.
Untuk efisiensi juga PLN
sehendaknya melakukan perawatan ataupun perbaikan suku cadang, tanpa
selalu harus membeli jika ada yang rusak. Jika memungkinkan dirawat di
dalam negeri, jika tidak baru kemudian dicarikan solusinya ke luar
negeri.
Proses pengadaan barangnya pun harus terbuka,
akuntabel dan bisa dipertanggung jawabkan. Dengan kemajuan teknologi,
proses pengadaan barang bisa dilakukan melalui internet dengan sistem
lelang. Para produsen akan menawarkan produknya dengan harga terbaik
secara terbuka karena ada persaingan. Para pengambil kebijakan di PLN juga bisa menentukan barang yang bagus dengan harga termurah kalau bisa.
Sehingga dengan demikian produsen senang karena
semuanya transparan, efeknya tidak ada lagi rasa takut dari produsen
barang bagus untuk tidak menawarkan barangnya ke PLN karena takut kalah memberi komisi ke PLN. PLN
juga akan enak karena mendapat banyak penawaran dengan spesifikasi sama
tapi dengan harga yang lebih kompetitif. Hal ini akan mencegah oknum
yang menawarkan kick-back atau komisi kepada bagian pengadaan barang PLN.
Sumber Energi Baru
Sudah seharusnya PLN
mulai memikirkan sumber-sumber energi baru untuk dikonversi menjadi
energi listrik di masa depan. Minyak bumi, gas maupun batubara yang
selama ini digunakan PLN
untuk membangkitkan energi listrik harus mulai dicarikan solusinya.
Karena sumber energi tersebut pasti habis, tanpa bisa diperbarui lagi.
Jika tidak dicarikan solusinya segera, maka tinggal menunggu waktu kita
kembali lagi di jaman pemadaman bergilir atau bahkan kembali menyalakan
lampu petromak.
Kemampuan anak negeri untuk menghasilkan solusi
energi alternatif sebenarnya ada sangat banyak. Di kompetisi sains juga
sudah banyak anak bangsa yang bisa membuat energi listrik alternatif
menggunakan sumber daya yang bisa diperbarui seperti bio diesel. Sudah
seharusnya PLN aktif ikut serta untuk membantu penelitiannya, mengembangkannya dan nantinya mengimplementasikan di pembangkit yang sudah ada.
Jikalaupun PLN harus menggunakan Nuklir sebagai solusi akhir, maka PLN
harus bisa mampu menguasai ilmunya dan menguasai tekniknya agar dalam
pelaksanaannya tidak membahayakan masyarakat. Meskipun bagi saya
penggunaan Nuklir masih belum dibutuhkan saat ini karena kita masih kaya
akan energi alternatif lainnya yang murah dan aman yang berasal dari
alam.
Negera kita berada di daerah tropis yang kaya
sumber daya alam dan sudah seharusnya dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa
merusaknya. Penggunaan bahan bakar fosil sudah seharusnya mulai
dikurangi dan memulai penggunaan energi alternatif. Sumber-sumber energi
yang potensial seperti tenaga air, panas bumi, angin, matahari dan
lainnya sudah seharusnya dilirik oleh PLN.
Paling tidak PLN
ikut membantu memberikan pengetahuan penggunaan energi alternatif atau
membantu pelanggan yang ingin membuat pembangkit listrik mandiri di
rumahnya masing-masing. Mengingat jika kita ingin mengimplementasikan
energi alternatif tersebut kesulitan mencari barangnya di pasaran.
Jangan sampai konsumen sebagai pengguna listrik terkejut dan tidak siap
jika sewaktu-waktu pasokan daya untuk membangkitkan energi listrik PLN
habis dan tidak ada alternatif energi lainnya. Tidak sulit sebenarnya
jika kita bersama-sama memikirkan masa depan generasi mendatang.
Kampanye Hemat Energi
Tak jarang karena merasa memiliki uang dan bisa membayar tagihan listrik berapapun jumlahnya, ada pelanggan PLN
yang boros dalam menggunakan energi listrik. Meskipun tidak dilarang
tapi setidaknya, untuk menghemat pasokan energi di masa depan sudah
seharusnya konsumen diberikan pengetahuan pentingnya hemat energi sejak
sekarang. Mengutip apa yang disampaikan diatas sebelumnya, pembangkit
listrik PLN saat ini
kebanyakan masih menggunakan bahan bakar fosil yang pasti habis. Yang
jika tidak kita mulai sejak sekarang untuk berhemat, maka akan semakin
cepat juga habisnya energi tersebut.
Kampanye penggunaan lampu LED sebagai contoh bisa
dijadikan kampanye hemat energi. Harga lampu LED yang mahal juga bisa
dibantu dengan diambilkan dari subsidi pemerintah daripada subsidinya
dipakai oleh pihak yang tidak layak mendapat subsidi. Lampu LED
distribusinya masih terbatas dan harganya masih mahal. Padahal lampu
jenis ini lebih hemat konsumsi energinya, nyalanya tetap sama terang dan
umurnya lebih panjang. Jika banyak konsumen yang beralih menggunakan
lampu LED, maka konsumen juga akan berhemat pengeluaran dan energi yang
dipakai juga bisa diirit.
PLN
juga bisa membuatkan aplikasi online yang bisa membantu calon konsumen
untuk mengukur kebutuhan lampunya di masing-masing ruangan di rumahnya.
Menyesuaikan dengan luas ruangan, tinggi, warna cat tembok dan desain
letak perabotnya. Dengan ini, konsumen akan bisa menentukan lampu dengan
kekuatan berapa watt yang efektif untuk menerangi ruangan rumahnya
tanpa khawatir terlalu redup ataupun terlalu boros.
Jika digabungkan dengan penggunaan lampu LED,
aplikasi tersebut bisa disertai perbandingan harganya antara lampu biasa
maupun lampu LED. Dilengkapi dengan pengeluaran yang harus dihabiskan
dalam setahun diantara keduanya, bisa membujuk konsumen secara halus
untuk berpindah ke lampu LED. Ditambah konsumen akan menyadari
penghematan yang akan bisa mereka dapat jika beralih ke lampu LED. Tanpa
adanya perhitungan seperti itu, konsumen akan takut berpindah karena
tahu harga lampu LED di awal memang mahal tapi penghematan yang bisa
mereka dapat lebih banyak.
Hal-hal seperti ini yang harus dilakukan PLN agar keberlangsungan energi bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya lebih lama lagi.
Efisiensi
Tidak hanya konsumen PLN saja yang harus berhemat, PLN sendiri juga harus berhemat dengan melakukan usaha efisiensi agar kinerja perusahaan positif. Jangan sampai PLN merugi karena tidak efisiennya roda perusahaan. PLN
sendiri sudah melangkah menuju perusahaan yang efisien dan efektif
dengan meluncurkan berbagai terobosan baru yang patut diacungi jempol.
Penggunaan listrik prabayar misalnya, selain
mengurangi kemungkinan transaksi korup di lapangan oleh petugas juga
langkah efisiensi karena tidak perlu menyediakan lagi petugas lapangan
untuk mengecek meteran listrik pelanggan.
Pembayaran tagihan listrik secara online yang sudah
tersebar secara luas di penjuru Indonesia juga mempercepat pembayaran
tagihan pelanggan. Tagihan segera terlunasi, tidak ada lagi antrian
panjang ataupun calo.
Begitu pula dalam pengadaan barang, sudah tentu PLN
harus mampu efisien dalam memperhitungkan barang yang harus dibeli.
Jika masih bisa dirawat, lebih baik diperbaiki dahulu. Jangan sampai
rusak sedikit tapi harus diganti baru. Memutus jalur distribusi juga
langkah efisiensi agar barang segera tersedia dengan harga lebih murah.
Langkah efisiensi di PLN harus dilaksanakan di semua lini, jangan sampai jargon,”Kalau bisa sulit, kenapa dipermudah” masih ada di PLN.
Mengurangi Ketergantungan dari Subsidi
Meskipun subsidi tujuannya membantu rakyat kecil
tapi kenyataannya di lapangan subsidi dinikmati oleh orang mampu.
Apalagi kita dilenakan oleh subsidi sekian puluh tahun, sehingga begitu
berat bagi kita untuk melepas ketergantungan itu. Apalagi subsidi
diberikan untuk barang yang tidak bisa diperbarui yaitu bahan bakar
fosil, yang berakibat persediaan energi menipis dari waktu ke waktu.
Dengan mencabut subsidi untuk pelanggan diatas 900
VA, maka akan jelas siapa yang menikmati subsidi yaitu golongan menengah
ke bawah. Sedangkan pabrik dan perusahaan sudah sepantasnya dicabut,
pabrik bisa diberikan insentif jenis lainnya yang tidak akan mengganggu
produktifitasnya.
Bagi saya tidak masalah semua subsidi dicabut tapi
subsidi dialihkan ke Pendidikan dan Kesehatan. Jika pendidikan sampai
perguruan tinggi bahkan S3 sekalipun Gratis 100% dan Kesehatan gratis
100% untuk sakit apapun , maka orang tidak perlu memikirkan apa-apa
lagi. Orang hanya akan memikirkan makan sehari-hari. Tanpa harus korupsi
karena anaknya mau masuk Kedokteran dan bayar 200 juta, atau karena
istrinya sakit parah. Di lain sisi, putra putri terbaik bangsa mau
miskin atau kaya punya kesempatan sama akan pandai sepandai-pandainya
sampai tingkat tertinggi tanpa memikirkan biaya. Dan SDM Indonesia juga
terjamin kesehatannya tidak ada yang sakit.
Kembali ke masalah subsidi listrik, penggunaan dana
subsidi yang tepat sasaran sudah seharusnya dipikirkan. Alokasi dana
yang ada jangan sampai dinikmati pihak yang tidak seharusnya apalagi
sampai dikorupsi. Subsidi paling tidak lebih diutamakan untuk
penghematan energi dan membantu rakyat miskin yang belum mendapatkan
aliran listrik.
Pengawasan dan Evaluasi
Semua hasil kerja PLN
sudah selayaknya mendapatkan pengawasan dan evaluasi baik dari internal
maupun eksternal. Secara internal, semua pihak di dalam PLN
bisa saling mengingatkan jika ada kondisi di lapangan yang diluar
ketentuan standar prosedur. Pengawasan secara horisontal maupun secara
vertikal juga bisa membangun penilaian yang obyektif untuk mengukur
efektifitas kinerja masing-masing personal. Pengawasan bukan saling
menjatuhkan, karena pengawasan adalah wujud perbaikan agar selalu
mengingat kembali pada standar pelayanan yang sudah baku.
Evaluasi secara berkala juga harus dilakukan agar
mengetahui kekuatan juga sekaligus kelemahan diri sendiri. Kritik
tetaplah bisa dilihat secara positif sebagai bentuk peduli agar terus
memperbaiki pelayanan, jangan dianggap kritik sebagai hal untuk
menjatuhkan. Jika sampai tidak ada kritik yang masuk ada dua
kemungkinan, layanan sudah sangat sempurna (yang itu tidak mungkin) atau
layanan kita sangat buruk sehingga rasanya percuma saja dikritik.
Disitulah pentingnya pengawasan dan evaluasi.
Pintu whistle blower juga harus dibuka seluas-luasnya, untuk mencegah PLN kembali ke jaman jahiliyah dimana korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi debu gelap yang menutupi plang nama PLN.
Tidak ada yang lebih baik mengenal kekurangan di tubuh kita selain kita
sendiri. Sebelum sampai didengar oleh orang lain, sudah sepatutnya PLN memperbaikinya sendiri dengan cepat.
Pengawasan juga harus obyektif, harus dilakukan dari dua sisi. Dari sisi PLN juga dari sisi konsumsen. Konsumen juga harus dilibatkan dalam melakukan pengawasan terhadap PLN.
Memberikan kemudahan untuk pengaduan atau pertanyaan melalui email,
website, telepon maupun surat pembaca di media massa. Bahkan di era
Social Media ternyata PLN juga tidak mau ketinggalan dengan menyediakan akun sosial media seperti di akun Twitter PLN disini http://twitter.com/pln_123.
Memang memuaskan semua pelanggan tidak mungkin, tapi PLN
sudah selayaknya memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan dari
berbagai cara komunikasi yang tersedia saat ini. Jika memungkinkan di
masing-masing Unit PLN
di daerah ada nomer kontak tersendiri yang bisa dihubungi dengan mudah
oleh pelanggan jika ada pertanyaan ataupun gangguan. Jangan sampai
kebingungan pelanggan di bawah justru dimanfaatkan oknum yang tidak
bertanggung jawab yang bisa mempengaruhi reputasi PLN yang sedang diperbaiki.
Untuk itulah PLN
telah bekerjasama dengan TII (Transparency International Indonesia)
untuk bersama memperbaiki di bidang pelayanan dan pengadaan barang yang
selalu menjadi sorotan oleh publik. Dengan menggandeng NGO TII ini, PLN berharap ada kontrol dalam pelaksanaan semangat Good Corporate Governance (GCG) dan anti korupsi di tubuh PLN.
TII sendiri merupakan NGO global yang memiliki
jaringan di berbagai negara yang membantu mewujudkan dunia yang bersih
dari korupsi dan dampak masifnya. Dengan bekerjasama dengan partai
politik, institusi negara, bisnis dan masyarakat mempromosikan
transparansi dan manajemen yang akuntabel, menggunakan pendekatan
menampung aspirasi dan melakukan aksi. Sebagai wujud komitmen TII juga
akan melakukan Pakta Integritas bersama lembaga yang diajak kerjasama
termasuk dengan PLN. Dan perlu dicatat bahwa kerjasama PLN dengan TII ini Gratis.
Sebagai langkah awal kegiatan yang dilakukan TII
bersama PLN adalah pemutaran film Kita vs Korupsi di beberapa kantor
PLN. Tujuannya sebagai pembelajaran bagi staf dan jajaran pimpinan di
PLN, betapa luas bahayanya efek korupsi bagi kehidupan kita. Sehingga
dalam implementasinya nanti dalam bekerja, bisa menghindari praktik
korupsi. Bagi anda yang belum melihat filmnya bisa dilihat di bawah ini.
Kerjasama ini pada konsepnya nanti akan ada tim
yang dibentuk untuk menerima aduan atau komplain dari pelanggan atau
masyarakat yang memiliki akses langsung dengan Direksi PLN dan mudah dihubungi oleh semua orang. Sehingga jika ada pihak yang merasa dirugikan oleh oknum PLN
bisa mengadu/melaporkan ke tim ini. Sehingga “permainan” dalam
pengadaan barang ataupun uang tambahan di lapangan bisa dilaporkan
secara langsung. Tentunya akan lebih baik lagi jika aduan yang masuk
disertai dengan bukti yang akurat agar tindakan yang dilakukan memiliki
dasar yang kuat pula.
Dengan adanya kerjasama ini maka pelanggan, vendor
maupun pengambil keputusan lainnya bisa sama-sama terhindar dari praktik
korupsi. Dengan demikian tujuan PLN agar menjadi perusahaan dengan tata kelola yang baik dan benar, transparan, akuntabel dan anti korupsi bisa terwujud.
Tidak lupa PLN juga sekarang lebih terbuka dalam menerima masukan-masukan dari masyarakat agar PLN
menjadi perusahaan yang sesuai dengan harapan masyarakat kebanyakan.
Salah satunya adalah dengan mengadakan kontes blog bekerjasama dengan blogdetik.com dengan tema “Harapanku Untuk PLN”. Dengan tema yang diangkat ini tentunya PLN memiliki keinginan besar untuk membuka telinga lebar-lebar untuk menerima input-input yang bisa membantu mewujudkan PLN
sebagai perusahaan yang komitmen pada pelayanan, bersih dari KKN dan
bisa diandalkan. Sekaligus memperkenalkan semangat dan komitmen baru di
tubuh PLN yang anti korupsi kepada masyarakat, agar bisa mengurangi stigma negatif terhadap PLN di masyarakat. Tentunya PLN tidak akan bisa berubah menuju lebih baik tanpa dukungan kita sebagai masyarakat.
Melihat berbagai perubahan yang telah terjadi di tubuh PLN,
saya kembali yakin dengan BUMN satu ini akan menjadi perusahaan yang
lebih baik. Semua semangat perubahan yang sudah dikobarkan semoga tetap
konsisten dilaksanakan dan dipelihara agar PLN tetap bisa mengikuti perubahan kebutuhan pelanggan. Dengan semangat “Bekerja Bekerja Bekerja” akan memberikan motivasi khususnya bagi seluruh jajaran PLN
dari atas hingga paling bawah untuk hanya fokus pada perbaikan
pelayanan di semua bidang. Inovasi, evaluasi, perbaikan dan keterbukaan
yang sudah dimulai semoga juga tetap menjadi komitmen sekarang dan di
masa datang. Banyak harapan digantungkan ke PLN agar terus menjadi bersih dan seterang lampuku
0 coment:
Posting Komentar