Pentingnya membangun komunikasi positif dalam hubungan berpasangan,
telah berkali-kali disebutkan dalam berbagai penelitian menyangkut
hubungan juga pernikahan. Banyak riset yang juga menunjukkan, minimnya
komunikasi merupakan salah satu penyebab perceraian.
Menurut Deb Dutilh, relationship coach, berikut kebiasaan buruk pasangan dalam berkomunikasi yang berkontribusi terhadap rusaknya hubungan, bahkan memicu perceraian:
1. Berpura-pura.
Menurut Deb Dutilh, relationship coach, berikut kebiasaan buruk pasangan dalam berkomunikasi yang berkontribusi terhadap rusaknya hubungan, bahkan memicu perceraian:
1. Berpura-pura.
Berapa kali Anda bilang "Iya" padahal sebenarnya Anda ingin mengatakan "Tidak"? Apakah Anda juga kerap mengatakan, "Saya tidak tahu" karena takut dikritisi, ditolak, atau dihakimi? Saat Anda terbiasa menerima segala hal yang berlawanan dengan hati kecil Anda, memilih diam untuk mencegah terjadinya perselisihan, maka Anda tengah menyimpan rasa dendam dan kebencian.
Menutupi perasaan dan tak memercayai pasangan untuk bersikap lebih dewasa menerima kata "Tidak" dari Anda, takkan membuat keadaan lebih baik. Lebih baik katakan sejujurnya apa yang Anda rasakan. Jika sedang berselisih, katakan dengan jujur, "Saya tidak bisa membahas ini sekarang. Saya perlu memikirkannya kembali, dan siap membahasnya satu jam lagi."
Penuhi janji Anda tersebut, dan hindari mengiyakan apa saja yang dikatakan pasangan hanya demi menghindari perbedaan pendapat yang berakhir pada perselisihan.
2. Ketidaksesuaian.
Komunikasi yang terjadi pada pasangan kebanyakan bersifat non verbal. Kadangkala, apa yang Anda ucapkan tak sesuai dengan gestur tubuh. Tak heran jika kemudian banyak pasangan yang bertengkar, dan semakin emosi terhadap satu sama lainnya.
Saat Anda mengatakan sesuatu dibarengi dengan bahasa tubuh yang tak sinkron, Anda tengah mengirimkan pesan kepada lawan bicara. Untuk menghindari ini, pastikan Anda bicara dengan pasangan sambil menjaga kontak mata. Dengan begitu, Anda dan dia saling mendengarkan secara aktif, dan fokus pada apa yang dikatakan lawan bicara.
3. Sikap kalah-menang.
Komunikasi efektif terjadi saat lawan bicara Anda menerima pesan Anda dengan baik. Meski begitu selalu ada kemungkinan komunikasi menjadi memburuk ketika membahas isu yang membuat Anda dan dia merasa tak nyaman. Anda dan dia pun mulai bersikap menghakimi, menyalahkan dan melawan.
Saat komunikasi memburuk, sikap mencari kesalahan lawan bicara, bahkan dibarengi sikap emosional, takkan memperbaiki keadaan. Alih-alih menunjukkan sikap menang-kalah, ciptakanlah suasana yang tenang bersama pasangan. Bangun komunikasi yang lebih positif dengan sikap saling menghargai pendapat lawan bicara, dan bersikaplah jujur serta terbuka.
4. Banjir interupsi.
Komunikasi yang baik juga membutuhkan kemampuan dan kemauan mendengar. Memotong pembicaraan dan tak memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk mengutarakan pendapatnya secara lengkap, juga kerap terjadi dalam komunikasi pasangan.
Yang kerap terjadi adalah, pria seringkali mengeluhkan tuntutan pasangannya untuk memberikan respons cepat, padahal ia masih memikirkan jawabannya. Jika Anda merasa mengalami hal ini, alih-alih menuntut pasangan memberikan respons cepat, hitung hingga 30 sebelum Anda mengeluhkan sikap pasangan yang sedang memikirkan jawaban atas pertanyaan Anda. Juga jangan ajukan beberapa pertanyaan sekaligus.
Memberikan kesempatan pada pasangan untuk bicara, dan tidak memotong perkataannya, menimbulkan rasa saling menghargai. Latih kesabaran untuk menunggu, tidak lagi menginterupsi apalagi menuntut pasangan untuk memberikan respons cepat sesuai keinginan Anda.
5. Hanya berfokus pada hal negatif.
Munculkan kembali kebiasaan mengucapkan kata-kata positif, seperti "Terima kasih", "Tolong" atau kata lain yang menunjukkan sikap menghargai. Hal ini akan membantu Anda dan dia mengatasi kebiasaan buruk yakni berfokus dan berkata hal negatif pada pasangan. Seperti dengan kasar mengatakan, "Tutup klosetnya dong!" atau "Butuh berapa lama sih untuk buang sampah?". Kata-kata yang bersifat memerintah ini hanya akan memperburuk keadaan.
Padahal Anda bisa mengatakan, "Sayang, aku serasa seperti ratu deh kalau kamu lihat tempat sampah penuh dan langsung membuangnya demi aku. Terima kasih loh sudah mau melakukannya untukku."
Tak ada yang salah jika Anda mengucapkan kata-kata seperti ini. Bukan bermaksud berlebihan, namun kata-kata yang menunjukkan sikap menghargai seperti ini terbukti berhasil bagi pasangan, yang ingin memiliki hubungan lebih positif dengan komunikasi penuh afeksi.
0 coment:
Posting Komentar